Selasa, 21 Januari 2014

Naluri Yang Harus Dikembangkan Jangan Hanya Disimpan

Pagi ini, Saya dan adik sepupu semangat untuk pergi mengikuti Sekolah Relawan yang pertama kali diadakan, kebetulan kelas perdana ini berlangsung di daerah Parung. Jujur ini kali pertama Saya pergi ke daerah Parung, dengan bekal mulut, akhirnya sampai lha Kami di Taman Baca WARABAL, tepat sebelum acara dimulai *yeaayy ga telat dong. Sesampainya disana, sudah ada Mas Bayu Gawtama dan teman, juga beberapa peserta sekolah juga ada tuan rumah dari Taman Baca ini yang sekaligus menjadi “guru” dalam kelas Sekolah Relawan perdana ini yaitu Bude Kiswanti. 

 
Acara pun dimulai pukul 9.40, dimulai dengan santai oleh Mas Gaw sambil menunggu peserta-peserta lain yang masih di jalan. Mas Gaw memulai sesi dengan perkenalan para peserta, ada yang dari komunitas sastra, ada dari komunitas sapu lidi, ada juga dari komunitas rumah zakat dari berbagai daerah. Saya dan adik sepupu yang tidak mewakili dari komunitas manapun ikut memperkenalkan diri.

Mas Gaw mulai masuk materi tentang relawan, sekolah relawan, motivasi menjadi relawan dsb. Mas Gaw menjelaskan materi sambil memberi kan contoh dan membagi pengalamannya. Selesai dengan materi dari Mas Gaw, selanjutnya mempersilakan “guru”  perdana kita yaitu Bude Kiswanti untuk memulai pelajarannya.

Bude Kiswanti memulai dengan memperkenalkan diri, dari mana beliau berasal, anak keberapa dalam keluarga sampai kesulitannya dalam bersekolah (beliau hanya tamatan SD) tetapi ini semua tidak menyurutkan semangat beliau akan belajar, begitu pun dengan Sang Ayah, Ayah Bude selalu membawakan satu buku setiap hari selesai bekerja. Bude selalu merasa haus akan keinginanya membaca, semua buku selalu dilahapnya dengan baik, beliau juga meminjam buku dari teman-temannya.
Para peserta menyimak dengan seksama apa yang di sampaikan oleh Bude Kis tentang pengalaman hidupnya akan impiannya mempunyai perpustakaan atau taman baca seperti sekarang ini. Perjuangan Bude Kis dalam membangun taman baca ini sangatlah inspiratif. Perjuangan dimulai dari mengayuh sepeda keliling kampung demi untuk mencerdaskan anak bangsa, dengan segala halangan rintangan juga celaan dari sebagian orang, Bude Kis tetap maju tetap yakin dan focus mewujudkan impiannya mewujudkan taman baca. Begitu banyak ilmu yang di dapat dari apa yang disampaikan oleh Bude Kis. Begitu banyak petuah penting yang disampaikan oleh Bude Kis salah satunya adalah “Relawan itu bagian dari Kehidupan BUKAN mencari Penghidupan”, mendengar ini Kami para peserta langsung tersentak hatinya, Kami mengangguk dan meng-iyakan dalam hati. Yaa begitulah seharusnya memang relawan sejati. 

Sebenarnya setiap individu itu memiliki naluri kerelawanan, tinggal bagaimana individu itu mengembangkan naluri yang ada. Apakah akan ditumbuhkembangkan menjadi relawan ataukah rasa itu dikubur dalam-dalam tanpa keinginan untuk dikembangkan. Siapa pun yang memilih menjadi relawan itu merupakan panggilan jiwa. Menjadi relawan itu tidak cukup hanya dari naluri tapi seorang relawan itu harus bisa membaca situasi, sabar dalam berjuang. Untuk itulah sekolah relawan ini diadakan, di sekolah ini para peserta akan di beri bekal materi, sharing ilmu, sharing pengalaman, diskusi, sharing kemampuan yang di miliki oleh peserta, mungkin ada yang punya skill  dalam renang, dalam memasak, dalam bidang kesehatan maupun bidang organisasi atau manajemen untuk selanjutnya saat tiba waktunya action jadi bisa lebih focus dengan kemampuan yang dimiliki juga menumbuhkembangkan sifat atau rasa ikhlas dalam diri. 


 
Sekolah relawan ini juga diharapkan nantinya dapat mencetak para relawan yang sigap dan siaga. Dengan adanya sekolah ini,relawan akan tau hal apa yang harus di mulai terlebih dahulu sebelum mulai terjun menjadi relawan di lapangan, yaitu mulai dari pengelompokkan  para relawan sesuai bidang kemampuan yang dimiliki, lalu pembagian tugas serta penempatan titik tugas dsb, Jadi para relawan lebih terorganisir saat di lapangan sehingga penumpukkan relawan yang bingung akan melakukan apa dan bagaimana bisa lebih diminimalisir, sehingga proses tugas membantu para korban atau yang dibantu menjadi lebih cepat dan tepat sasaran. Disinilah peran dan sinergi dari berbagai pihak diperlukan, antara relawan, donatur dan juga komunitas yang mengelola dan memberdayakan relawan.

               
Yaa menjadi relawan adalah pilihan hidup, tidak semua individu berkesempatan menjadi relawan. Untuk itu selagi kita bisa mewujudkan impian menjadi relawan jadilah relawan yang benar-benar – benar bermanfaat. Sebagaimana inti kita berada dimuka bumi ini adalah “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain”.

Pengalaman dari kelas perdana ini sangatlah tak terhingga, Relawan sejati tidaklah mengharapkan imbalan dari apa yang diperbuatnya, jika ada terbetik keinginan akan suatu imbalan, perlu di kaji ulang apa motivasi dari sang relawan tersebut. Oya ada satu lagi yang bisa dipetik dari sharingan Bude Kis yaitu

Rasa Empati Lakukan Atau Waktu Anda Nihil = RELAWAN

Ini baru sedikit pelajaran dari Sekolah Relawan yang diadakan tanggal 11 Januari 2014 dengan tema “Memupuk Mental Relawan”. Masih mau kan menambah ilmu, sharing dengan para guru-guru lain yang lebih hebat yang bisa kita “curi” ilmunya, maka ikuti terus kelas Sekolah Relawan ini tiap bulannya, untuk Februari akan di laksanakan tanggal 8 Februari 2014. Terus cekidot yaa di webnya www.sekolahrelawan.com lalu ikut gabung bersama kami dengan cara follow twitternya di @sekolahrelawan ikuti caranya disana.


                                                                                                Citayam, 19/01/2014, 10:15AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar