Rabu, 26 November 2014

Masih merasakan sosoknya








Tik tik tik…
Airmata ini masih menetes membasahi pipi
Sosoknya masih terlihat jelas di pelupuk mata kami
Petuahnya masih terdengar jelas di telinga kami
Kriuk-kriuk bunyi suara mulutnya mengunyah masih terasa di dapur
Kegemaran beliau adalah mengemil, apa saja beliau makan, beliau berucap daripada ga ada yang makan

25 Agustus 2014, terakhir kali kami melihatnya

Sosok yang sudah membujur kaku tertutup oleh kain panjang
Kepergiannya tidaklah di temani kami sang anak-anak, hanya disaksikan oleh ibunda kami tercinta (istri yang setia menemani beliau hingga akhir hayat)
Beberapa saat sebelum Beliau pergi, Beliau ingin sekali ikut survey ke perumahan yang aku dan adik-adik ambil, tetapi kesehatan Beliau tidak memungkinkan “Klo Bapak sehat, Bapak mau ikut lok” (ikut survey)
Sekitar sebulan yang lalu, kami sudah mendapat keputusan di approve perumahan yang hendak kami ambil, sayangnya Beliau tidak bisa mendengar langsung kami sudah mempunyai rumah.


Hari ini, sudah 3 bulan berlalu….   
Kami masih merasakan sosok Beliau, kehangatannya, kebawelannya…

InsyaAllah beberapa bulan kedepan, Anak mu ini akan wisuda, Skripsi hampir selesai yang selalu terus engkau ingatkan agar aku tidak malas mengerjakannya
Tapi Engkau tidak bisa berfoto mendampingi putri mu ini memakai toga kebesarannya
InsyaAllah beberapa bulan kedepan, Putri mu ini akan menikah
Putri mu ini, tidak merasakan Engkau menjadi wali nikahnya

Anak mu ini, sangaaaat sedih



Bapak, Amah kangen
Bapak, maafin Amah banyak salah, sering ngedumel
Bapak, Alhamdulillah kami (anak-anak mu) ber-4 sudah memiliki rumah
Bapak, Kami semua selalu dan selalu tak hentinya berdoa untuk mu
Semoga Allah melapangkan kubur mu, Menempatkan Engkau di sisi Terbaik-Nya bersama para Nabi dan Rasul Allah.

Salam dari Mama, Uda Iqbal, Shofie, Eqy, Aay, Tata, Dedek, Fery juga calon cucu-cucu mu lagi

                                                                                                                      Jakarta, 26 November 2014

Rabu, 19 November 2014

Malaikat Keluarga Kami





Bapak, itulah panggilan ku untuk beliau.
Sosok yang sangat sabar dan juga pekerja keras, di usia nya yang telah senja, beberapa kali bilang kalo sudah lama sekali tidak pernah nonton di bioskop. Aku tahu beliau tidak mau meminta ke anaknya (aku)  tapi Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk bisa mengajak beliau juga Ibu untuk pergi menonton.
Keceriaan ada diwajah ayah dan ibu, aku tau mereka senang dan itu juga yang membuat aku bahagia, melihat orangtua senang.


Kini Beliau sudah tidak ada (Agustus lalu), Aku sedih karena jika nanti aku menikah, maka yang menjadi wali ku bukan Bapak. Allah lebih sayang pada Beliau dibanding kami. Bapak adalah sosok Malaikat, Panutan di keluarga kami. Semoga Allah melapangkan kubur dan ditempatkan disisi terbaik-Nya. Aamiin


Bapak, Amah kangeen Bapak.

Jakarta, 19 November 2014






Rabu, 12 November 2014

Explore Karimun Jawa Liburan Natal








Temans, liburan panjang natal, jalan2 yuuk, kita explore bagian Jepara yaitu Karimun Jawa.
Biar makin cintaaa gitu sam negara kita sendiri, masih banyaak banget tempat wisata yang bisa di kunjungi.

Bisa renang2 sama ikan2 cantik, lucu, karang2 yang indah, bagi yang suka tantangan bisa renang di penangkaran hiu dijamin deg-deg serrrr

Yuklahhh cekidot yaa tanggalnya 26-28 Desember 2014

Senin, 14 Juli 2014

Ibu yang harus Cerdas untuk anak-anaknya

Artikel dibawah ini menguatkan akan azzam ku akan menjadi seorang istri dan ibu yang utuh untuk anak-anak ku nantinya kelak.
Bismillah, Aku akan berusaha dan terus belajar menjadi ibu yang baik dan amanah untuk anak-anak ku nantinya.
Karena Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya

Semangaaatt ^_^

--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Untuk jadi sarjana ekonomi atau insinyur, kita butuh 6 tahun SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, 4 tahun kuliah, dapat gelar sarjananya.

Untuk jadi apoteker, akuntan, psikolog, dokter dan gelar profesi lain, kita tambah lagi 2 tahun sekolah profesi, pengabdian, dsbgnya.

Tetapi untuk menjadi ibu rumah tangga? Dikumpulkan seluruh pendidikan tersebut, ditambah lagi bertahun2, bertahun2, bertahun2 kemudian, tetap tidak akan cukup untuk bisa memastikan seseorang berhak menyandang: ibu rumah tangga terbaik. Karena panjang dan pentingnya proses pendidikan ibu rumah tangga.

Nah, kalau semua orang ingin sekolah tinggi2 demi gelar, profesi, pekerjaan, dsbgnya, maka ajaib sekali, kenapa orang2 begitu menyepelekan pendidikan super tinggi untuk menjadi ibu rumah tangga? Padahal memiliki anak yang berakhlak baik, keluarga yang bahagia, jauh lebih penting dibandingkan kesuksesan karier dan sebagainya.

Berikan pendidikan kepada anak2 perempuan kita setinggi mungkin, agar kelak saat menjadi Ibu, sungguh berguna semua ilmunya. Satu Ibu yang baik, akan melahirkan satu keluarga yang baik. Satu generasi Ibu yang baik, maka akan datanglah penerus yang dijanjikan.

*Tere Liye

Upload from : Arinta Trisatyana

Di Jepang ada namanya “kyoiku mama” (ibu pendidikan) para ibu di Jepang rata-rata tidak bekerja, tapi hanya untuk mendidik dan mengurusi anak2 mereka mulai bangun, berangkat pulang sekolah, kursus, les, sampai tidur lagi, semuanya di bawah didikan sang ibu.

Para kyoiku mama ini menanamkan kesopanan, kebersihan pada anak mereka, rata2 mereka lulusan S1/S2. Mereka sekolah tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang tertinggi.

Dan kemajuan ekonomi Jepang adalah karena ditopang oleh kyoiku mama ini makanya tidak heran kalau orang Jepang itu disiplin, etos kerja tinggi, menjaga kebersihan itu semua hasil didikan para kyoiku mama, sehingga sekolah hanya untuk menstransfer ilmu saja.

Sementara “Ryousai kenbo” adalah slogan yang kembali digalakkan pemerintah Jepang, istilah ini muncul di jaman restorasi Meiji dan banyak dianut keluarga Jepang untuk mewujudkan keluarga harmonis ideal.

Ryousai: istri yg baik
Kenbo: ibu yang bijaksana

Intinya menyerukan bahwa wanita peran terhormat sebagai istri yang baik dan bijaksana, pembagian peran alami sesuai fitrah antara perempuan dan laki laki.

Peran perempuan sebagai menteri dalam negeri dan motivator domestik rumah tangganya dan peran lelaki jadi menteri luar negri keluarganya sebagai motivator logistik dan publik.

Di Jepang peran ini kembali digalakkan karena sekarang perempuan memilih melajang menjadi wanita karier sehingga presentasi pertumbuhan penduduk muda usia produktif di negara mereka menurun.

Tentu saja kasus kekerasan remaja dan bunuh diri di Jepang pada usia sekolah terus bertambah karena tidak terpenuhinya kualitas hubungan ibu dan anak yang menunjang pertumbuhan emosi anak.

Jadi wajar pemerintahan Jepang sangat memberi tempat terhormat pada peranan ibu rumah tangga yang berkualitas, karena kemajuan bangsanya kelak pun tetap ditopang oleh kualitas ibu-ibu rumah tangganya sebagai pembentuk kualitas karakteranak anak mereka.

Sungguh luar biasa, “ibu rumah tangga adalah profesi idaman” di Jepang. Bagaimana dg kita? share yukk kepada teman-teman kamu yang wanita betapa bangga nya menjadi seorang wanita