Pagi ini, Saya
dan adik sepupu semangat untuk pergi mengikuti Sekolah Relawan yang pertama
kali diadakan, kebetulan kelas perdana ini berlangsung di daerah Parung. Jujur
ini kali pertama Saya pergi ke daerah Parung, dengan bekal mulut, akhirnya
sampai lha Kami di Taman Baca WARABAL, tepat sebelum acara dimulai *yeaayy ga
telat dong. Sesampainya disana, sudah ada Mas Bayu Gawtama dan teman, juga
beberapa peserta sekolah juga ada tuan rumah dari Taman Baca ini yang sekaligus
menjadi “guru” dalam kelas Sekolah Relawan perdana ini yaitu Bude Kiswanti.
Acara
pun dimulai pukul 9.40, dimulai dengan santai oleh Mas Gaw sambil menunggu
peserta-peserta lain yang masih di jalan. Mas Gaw memulai sesi dengan perkenalan
para peserta, ada yang dari komunitas sastra, ada dari komunitas sapu lidi, ada
juga dari komunitas rumah zakat dari berbagai daerah. Saya dan adik sepupu yang
tidak mewakili dari komunitas manapun ikut memperkenalkan diri.
Mas Gaw mulai
masuk materi tentang relawan, sekolah relawan, motivasi menjadi relawan dsb.
Mas Gaw menjelaskan materi sambil memberi kan contoh dan membagi pengalamannya.
Selesai dengan materi dari Mas Gaw, selanjutnya mempersilakan “guru” perdana kita yaitu Bude Kiswanti untuk memulai
pelajarannya.
Bude
Kiswanti memulai dengan memperkenalkan diri, dari mana beliau berasal, anak
keberapa dalam keluarga sampai kesulitannya dalam bersekolah (beliau hanya
tamatan SD) tetapi ini semua tidak menyurutkan semangat beliau akan belajar,
begitu pun dengan Sang Ayah, Ayah Bude selalu membawakan satu buku setiap hari
selesai bekerja. Bude selalu merasa haus akan keinginanya membaca, semua buku
selalu dilahapnya dengan baik, beliau juga meminjam buku dari teman-temannya.
Para
peserta menyimak dengan seksama apa yang di sampaikan oleh Bude Kis tentang pengalaman
hidupnya akan impiannya mempunyai perpustakaan atau taman baca seperti sekarang
ini. Perjuangan Bude Kis dalam membangun taman baca ini sangatlah inspiratif. Perjuangan
dimulai dari mengayuh sepeda keliling kampung demi untuk mencerdaskan anak
bangsa, dengan segala halangan rintangan juga celaan dari sebagian orang, Bude
Kis tetap maju tetap yakin dan focus mewujudkan impiannya mewujudkan taman
baca. Begitu banyak ilmu yang di dapat dari apa yang disampaikan oleh Bude Kis.
Begitu banyak petuah penting yang disampaikan oleh Bude Kis salah satunya
adalah “Relawan itu bagian dari Kehidupan BUKAN mencari Penghidupan”, mendengar
ini Kami para peserta langsung tersentak hatinya, Kami mengangguk dan
meng-iyakan dalam hati. Yaa begitulah seharusnya memang relawan sejati.
Sebenarnya
setiap individu itu memiliki naluri kerelawanan, tinggal bagaimana individu itu
mengembangkan naluri yang ada. Apakah akan ditumbuhkembangkan menjadi relawan
ataukah rasa itu dikubur dalam-dalam tanpa keinginan untuk dikembangkan. Siapa
pun yang memilih menjadi relawan itu merupakan panggilan jiwa. Menjadi relawan itu
tidak cukup hanya dari naluri tapi seorang relawan itu harus bisa membaca
situasi, sabar dalam berjuang. Untuk itulah sekolah relawan ini diadakan, di
sekolah ini para peserta akan di beri bekal materi, sharing ilmu, sharing
pengalaman, diskusi, sharing kemampuan yang di miliki oleh peserta, mungkin ada
yang punya skill dalam renang, dalam
memasak, dalam bidang kesehatan maupun bidang organisasi atau manajemen untuk
selanjutnya saat tiba waktunya action jadi bisa lebih focus dengan kemampuan
yang dimiliki juga menumbuhkembangkan sifat atau rasa ikhlas dalam diri.
Sekolah
relawan ini juga diharapkan nantinya dapat mencetak para relawan yang sigap dan
siaga. Dengan adanya sekolah ini,relawan akan tau hal apa yang harus di mulai
terlebih dahulu sebelum mulai terjun menjadi relawan di lapangan, yaitu mulai
dari pengelompokkan para relawan sesuai
bidang kemampuan yang dimiliki, lalu pembagian tugas serta penempatan titik
tugas dsb, Jadi para relawan lebih terorganisir saat di lapangan sehingga
penumpukkan relawan yang bingung akan melakukan apa dan bagaimana bisa lebih
diminimalisir, sehingga proses tugas membantu para korban atau yang dibantu
menjadi lebih cepat dan tepat sasaran. Disinilah peran dan sinergi dari
berbagai pihak diperlukan, antara relawan, donatur dan juga komunitas yang
mengelola dan memberdayakan relawan.
Yaa
menjadi relawan adalah pilihan hidup, tidak semua individu berkesempatan
menjadi relawan. Untuk itu selagi kita bisa mewujudkan impian menjadi relawan
jadilah relawan yang benar-benar – benar bermanfaat. Sebagaimana inti kita
berada dimuka bumi ini adalah “Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat untuk orang lain”.
Pengalaman
dari kelas perdana ini sangatlah tak terhingga, Relawan sejati tidaklah
mengharapkan imbalan dari apa yang diperbuatnya, jika ada terbetik keinginan
akan suatu imbalan, perlu di kaji ulang apa motivasi dari sang relawan
tersebut. Oya ada satu lagi yang bisa dipetik dari sharingan Bude Kis yaitu
Rasa Empati
Lakukan Atau Waktu
Anda Nihil = RELAWAN
Ini
baru sedikit pelajaran dari Sekolah Relawan yang diadakan tanggal 11 Januari
2014 dengan tema “Memupuk Mental Relawan”. Masih mau kan menambah ilmu, sharing
dengan para guru-guru lain yang lebih hebat yang bisa kita “curi” ilmunya, maka
ikuti terus kelas Sekolah Relawan ini tiap bulannya, untuk Februari akan di
laksanakan tanggal 8 Februari 2014. Terus cekidot yaa di webnya www.sekolahrelawan.com lalu ikut
gabung bersama kami dengan cara follow twitternya di @sekolahrelawan ikuti
caranya disana.
Citayam,
19/01/2014, 10:15AM